Kamis, April 09, 2009

LDII Menghukumi Najis Orang di Luar LDII?

Pertanyaan dari suatu website dari seseorang yang baru saja mengaji di LDII beserta jawaban yang cukup baik yang diberikan oleh seorang warga LDII yang sudah cukup lama mengaji di LDII:

**********************************************************
Assalamu alaikum ...

Sebelumnya saya mo sampaikan sedikit latar belakang saya supaya mas bisa punya gambaran.

Alhamdulillah saya sudah ngaji di LDII walaupun baru 2 tahun , namun terus terang saya mejadi wrg LDII karena pernikahan. artinya saya menjadi wrg LDII karena istri saya dan keluarganya sudah lebih dahulu menjadi wrg LDII . Tentu mas bisa memahami kondisi dan kesulitan yg saya hadapi dalam memahami dan menyikapi perbedaan 2x yang ada, baik secara pribadi (psikologis) dan keluarga besar saya yang bukan wrg LDII.

Alhamdulilah saya berhasil sampai di titik ini. Wacana perubahan paradigma ini merupakan angin segar dan ruang baru yang melegakan buat saya. Namun banyak hal dalam praktik yang belum berubah dan saya masih belum memahaminya. Oleh karenya saya mohon pencerahan.

Dalam kesemptan ini saya ingin menanyakan mengenai hal hal yang membatalkan sholat, karena dalam praktek yg dilakukan di keluarga kami masih belum dapat saya pahami benar. contoh seperti berikut :

1. Menggunakan sandal dari tempat wudhu sampai sajadah (dari kamar mandi sampai kamar tidur) apakah yg manjadi alasan dan apakah memang harus demikian ?

2. Sajadah masih harus dialasi dengan plastik atau lainnya yang tidak tembus air. (padahal dimasjid tidak demikian) apakah yang menjadi alasanya dan apakah harus demikian.

3. Sajadah dan tempat sholat dirumah tidak boleh dipakai oleh non wrg LDII sekalipun famili. Sehinga famili yg kebetulan numpang sholat dirumah kami, disediakan sajadah dan tempat sholat tersendiri. Kemudian juga keluarga istri enggan melaksanakan sholah di rumah orang non wrg LDII, termasuk dirumah orang tua saya.

Demikian yg saya tanyakan dalam kesempatan ini. atas pencerahannya saya syukuri Alhamdullilah Jzkml ...

Wasalamu alaikum ...

**********************************************************

Berikut jawaban yang diberikan di website tersebut:


**********************************************************
Assalamu alaikum

1. Satu dari beberapa syarat syahnya sholat adalah badan, pakaian, dan tempat sholat suci dari najis. Salah satu sumber najis adalah air seni (air kencing), tinja, muntah dan darah. Kedua zat yang pertama saya sebutkan paling banyak terdapat di kamar mandi. Untuk mensucikan najis, kita menggunakan air. Prakteknya untuk mensucikan najis adalah mengguyurkan air ke tempat yang najis, sehingga najis terbawa oleh air ke tempat pembuangan (selokan/kakus). Air yang sudah terkena najis ini hukumnya menjadi najis, sedangkan tempat yang diguyur air menjadi suci.

Jika kita buang air kecil atau besar, maka tempat keluarnya kotoran tersebut menjadi najis, termasuk tubuh kita yang terkena air seni dan tinja. Oleh karena itu sebaiknya saat kita buang air, bukalah setidaknya bagian bawah pakaian kita agar pakaian kita tidak terkena najis.

Jika kita mengguyur tubuh kita yang terkena najis, maka tubuh kita yang terkena najis tersebut menjadi suci. Sayangnya, lantai kamar mandi mungkin masih najis, karena ada bekas-bekas air yang najis yang tidak masuk ke selokan dan tetap menggenang, walaupun sedikit. Artinya, kaki kita (setidaknya telapak kaki) masih najis. Oleh karena itu, agar badan kita tetap suci untuk bisa dipakai sholat, gunakanlah alas kaki seperti sendal atau bakiak. Oh iya, ada baiknya menggunakan sandal/bakiak yang agak tinggi agar kesucian tetap bisa terjaga.

2. Selanjutnya, mengenai keadaan di luar kamar mandi. Saat kita keluar kamar mandi, telapak kaki kita atau alas kaki yang kita gunakan membawa najis. Belum lagi kalau dari luar, mungkin kaki kita atau alas kaki yang kita gunakan membawa najis. Untuk hati-hatinya, maka semua lantai rumah dianggap najis.

Sajadah, seperti kain lainnya, bersifat menyerap air. Jika kita sudah mencuci kaki, dan kaki kita ke sajadah, ditakutkan air yang masih ada di kaki kita merembes ke lantai yang najis, sehingga bagian atas sajadah yang kita gunakan untuk sholat menjadi najis. Oleh karena itulah dilapisi plastik yang suci agar air tidak merembes. Sedangkan di masjid, karena masjid sudah suci, maka tidak perlu sajadah lagi. Kalaupun maupun menggunakan sajadah, sajadah tersebut bisa dikatakan hanya bersifat hiasan saja.

3. Sajadah dan tempat sholat BOLEH digunakan oleh orang yang bukan warga LDII. Syaratnya adalah harus benar-benar bisa menjaga najis. Salah satu contohnya adalah bersuci yang benar di kamar mandi, dan menggunakan alas kaki mulai dari kamar mandi ke tempat sholat. Yang sering kita jumpai, banyak orang yang kurang mutawarik (hati-hati), misalnya:

  • sandal tidak mau dibasahi/disucikan

  • cuci kaki dulu dengan kondisi kaki tetap terkena lantai, lalu baru memakai sendal

  • sandal ditaruh di luar kamar mandi, lalu saat keluar dari kamar mandi baru pakai sendal

  • saat menuju tempat sholat, menginjak lantai yang najis, baru menuju tempat sholat

  • dll



Mungkin karena ditakutkan tidak bisa menjaga najis, maka orang yang bukan warga LDII diberikan sajadah lain oleh keluarga Anda. Kalau diyakini sama-sama bisa menjaga najis, tidak perlu diberikan sajadah yang lain. Tapi, lagi-lagi ini tidak terjadi di semua kalangan LDII. Di LDII diajarkan untuk mengajari mana yang suci dan mana yang najis. Jadi semestinya tidak apa-apa untuk menggunakan sajadah yang sama. Buktinya, orang-orang LDII juga sholat di masjid yang bukan masjid LDII. Begitu juga sebaliknya, orang yang bukan warga LDII juga banyak yang sholat di masjid LDII, dan tidak ada aksi pel mengepel :). Bahkan di beberapa tempat, salah satunya adalah Masjid LDII Pondok Indah, saat sholat Jum'at, di sana lebih banyak orang non-LDII dibandingkan warga LDII sendiri (biasanya lebih dari 60% warga non-LDII), dan tidak aksi mengepel setelah sholat Jum'at selesai.

Semoga penjelasan ini bisa membantu

**********************************************************

Ada satu tambahan dari saya. Munculnya buku "LDII After New Paradigm" bukan berarti dulunya LDII itu salah, melenceng, ataupun sesat. Hanya saja hal-hal seperti contoh di atas ini kadangkala tidak terlalu dijelaskan ke khalayak umum, sehingga khalayak umum bingung. Jadi, LDII After New Paradigm hanyalah merubah pola padang. Sedangkan inti pengajaran LDII dari dulu sampai sekarang tetap sama, yaitu mengkaji Qur'an Hadits secara murni, dengan tujuan bisa masuk surga, selamat dari api neraka (na'udzubillahi min dzalik).

Selasa, April 07, 2009

Sekelumit Cerita Tentang LDII

Saya menemukan artikel ini di internet dan saya berikan penjelasan di bawahnya:

****************************************************************

Assalammualaikum wr wb.
Bismillahirrohmannirrrohim.

Terima kasih sebelumnya untuk dimuatnya pengalaman saya di blog ini. Mengenai tulisan ini adalah berupa pengalaman pribadi yang pernah saya alami kira – kira 4-5 tahun yang lalu. Saya sebagai orang awam sengaja menuangkan tulisan ini tanpa berniat memprovokasikan suatu lembaga maupun organisasi, karena saya hanya ingin berbagi kisah kepada para sahabat Islam lainnya.

LDII ( Lembaga Dakwah Islam Indonesia )

Awal saya mengetahui organisasi ini, informasinya saya dapatkan dari mantan pacar saya (sebut saja N) yang memperkenalkannya.

Beberapa bulan semenjak saya berpacaran, pada suatu saat, N tiba2 ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting yang berkaitan dengan agamanya, sebenarnya saya sudah sangat bingung apa yang dikatakan N “ ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting yang berkaitan dengan agamanya “ dari fisik dia ( N mantan saya ) menggunakan jilbab, kitabnya Al Qur’an agamanya Islam, lalu ada apa dengan agamanya, bukannya kita sama-sama beragama islam pikir saya.

Singkatnya N menjelaskan kepada saya bahwa :
Islam yang saya anut adalah kafir, sedangkan Islamku adalah yang benar, dengan banyaknya semua aliran Islam di dunia, yang benar-benar Islam yang diterima oleh Alloh adalah Islamnya LDII kata N menerangkan, bahkan ibumu ( ibu saya ) yang melakukan ibadah dan mengaji, N mengatakan kalau itu semua adalah pekerjaan yang sia-sia, dan tidak berguna sama sekali.

“ Islam yang sebenar-benarnya diterima oleh Alloh adalah Islamnya LDII. “

Islammu adalah salah. Kita memang sama-sama berdoa kepada Alloh, tapi yang membuat Islammu tidak diterima adalah karena berpatok dengan Muhammad. Muhammad sudah sangat sangat lama meninggal, kenapa kamu masih menjadikannya panutan? ini adalah kalimat yang tak terlupakan di kuping saya hingga sekarang.

Emosi saya ketika itu juga meledak, karena sebegitu gampangnya N sebagai anggota dari LDII jelas jelas menghina nabi saya, nabinya para umat Islam.

Coba kamu bayangkan, maukah seorang masyarakat mempunyai pemimpin yang sudah meninggal, rasanya tidak! Tentunya masyarakat tersebut harus memiliki seorang pemimpin yang masih hidup, disini kami menyebutnya imam, sebagai gantinya nabimu yang sudah lama wafat. ( sampai disini, si N kemudian melanjutkan mebicarakan harta kekayaaan imamnya, serta canggihnya fasilitas masjid mereka dll. )

Jujur saja…kami sebagai Anggota LDII halal hukumnya untuk membunuh seluruh umat islam diluar LDII, ( Makruh ).

N kemudian berkisah, LDII pada jaman dahulu adalah lembaga yang dimusuhi oleh banyak masyarakat, maka itu organisasi ini bersembunyi dan menutup diri, LDII kemudian berlindung dari serangan orang-orang yang memusuhi dengan berlindung di bawah rezim s****o, maka setiap pemilu kami selalu memilih g**** agar dapat bertahan terus, supaya kami selalu terjamin, terlindungi dan terjaga.

“Ok ,temukan saya dengan Imam mu, rasanya saya sangat ingin berbicara langsung dengan si pemimpin LDII ini.”

“Imam kami sibuk kalau ingin bertemu harus membuat janji”, kata N.

“Baiklah, tolong atur waktunya kapan saja saya siap, saya sangat ingin berbicara dengannya”, kata saya.

“Rasanya tidak bisa beliau sangat sibuk berkunjung ke daerah daerah.”

“Kalau begitu saya mau datang ke pengajianmu.”
*N selalu menjawab penuh dengan alasan dan penolakan*

“Percuma karena kami tidak pernah melakukan dakwah di setiap pengajian-pengajian yang diselenggarakan.”

“Lalu kenapa kamu cerita ini semuanya kepada saya?”

“Ini karena hubungan kita sudah diketahui oleh seluruh anggota pengajianku ( kata si N ) sebelumnya aku dinasehati oleh mereka untuk memberitahukan ini kepada mu, untuk bergabung dengan kami apabila kamu ingin melanjutkan hubungan ini.”

“Setelah itu….?”( kata saya )

“Apabila kamu telah direstui dan di bai’at oleh imam kami, kamu harus pindah dari rumah ini ( rumah ibu saya ) asumsi mereka mengatakan apabila saya masih tinggal di rumah orang tua saya dan ketika itu posisi saya sudah di bai’at”
*Ke-Islaman saya tidak akan afdol dengan alasan karena saya masih satu atap dengan orang kafir yang ucap si N.*
“Bagaimana mau apa tidak ?”

Jujur hati saya sangat terluka saat itu.
Setelah beberapa hari saya merenung akhirnya saya ceritakan semua kepada ibu saya…kami membahas ini berhari-hari, saya sempat teringat apa yang pernah diucapkan oleh N, mengenai buku yang menentang pergerakan LDII teringat itu saya langsung saja mencari informasinya, di toko buku. Alhamdullilah apa yang saya cari berhasil saya temukan, termasuk pengalaman yang agak aneh.

Beberapa kali setiap saya berkunjung dan menemukan buku ini, pasti di tumpukan buku paling atas selalu saja dalam keadaan terbalik, seperti ada yang sengaja membalikkan buku ini, kemungkinan agar pengunjung maupun pembeli tidak ada yang membacanya, namun di balik ini, Alhamdullilah Alloh telah membuka pikiran dan hati saya. Semenjak membaca buku-buku seperti ini saya juga mulai memperbanyak pengetahuan tentang Islam.

Berbulan bulan lamanya sejak saya mulai dikenali aliran LDII dan tanpa ada sambutan bahkan siraman rohani dari golongan ini, dan akhirnya si N pun datang untuk memberikan sebuah keputusan yang memang saya nantikan. Namun berita yang disampaikan sangatlah mengecewakan, saya dinyatakan tidak diterima oleh anggota mereka, dengan alasan bahwa saya adalah seseorang yang berwatak keras, ditakutkan menentang setelah dibai’at.

Artinya saya adalah seorang yang dilahirkan ke dunia untuk menjadi manusia yang kafir untuk selamanya. Aliran ini seperti mesin pencuci otak, sejak saat dicampakkan saya mulai ditinggalkan N dan dibiarkan kehilangan pondasi dalam hidup dan bisa dikatakan saya sempat meragukan Islam, belum lagi dengan adanya perubahan drastis pandangan dari warga sekitar.

Tiba-tiba saja saya bisa terkenal di lingkungan itu namun lebih ke sisi negatifnya, saya sangat yakin ini seperti sudah diatur, saya tahu ini dimaksudkan untuk melindungi si N dari saya, menjadi sebuah pertanyaan untuk saya pribadi, apakah ini hidup seorang kafir dalam menghabisi umurnya didunia, LDII menghancurkan hidup saya.

Namun Alloh sayang kepada umat-Nya termasuk kepada saya. Di saat depresi dan paranoid yang hampir membuat saya gila, dimana ketika saya benar-benar sendiri dan kehilangan pegangan hidup, saya justru merasakan Alloh sangat dekat kepada saya.

Dan kini saya sangat yakin 100% bahwa apa yang telah saya alami ini adalah hidayah yang Alloh berikan untuk saya, ini adalah salah satu pengalaman yang paling berharga untuk saya…

Selain pengalaman pribadi saya ini, saya juga mencocokkan dengan pengalaman orang-orang yang pernah bergabung dengan LDII dan rata-rata memang ada banyak persamaan dengan yang saya alami, saya juga sempat berdialog dengan beberapa kawan mengenai LDII, dan memang benar adanya apabila LDII berpatokan kepada para imamnya.

Misalkan untuk wilayah di timur dan di barat, dipastikan setiap wilayah memiliki imamnya sendiri-sendiri, jadi terkadang ada peraturan yang tidak sama tiap masing masing wilayahnya.

Beberapa peraturan LDII yang pernah saya dengar dan rasakan :
1. Muslim di luar LDII adalah najis ketika melakukan sholat di rumah seorang LDII, (saya telah membuktikan dengan mata kepala sendiri, memang benar setelah saya sholat, ruangan itu langsung dibersihkan, dipel dsb.)

2. Haram merokok (bukan makruh)

3. Haram melakukan onani, namun untuk menghilangkan dosa ( pengakuan dosa ) adalah membayar ganti rugi berupa uang kepada yayasan.

4. Halal membunuh umat Islam di luar LDII

5. Larangan memberi dan menjawab salam untuk muslim di luar LDII

6. Tidak ada dakwah di dalam pengajiannya, (namun ada beberapa wilayah yang pengajiannya yang dibarengi dengan dakwah namun sangat tertutup sekali).

Sebagai umat Islam saya sangatlah bersedih atas ini, namun saya sendiri tak mampu berbuat apa-apa tentang ini,

Sekali lagi saya tidak bermaksud memperkeruh keadaan, namun faktalah yang harus berbicara, saya hanya ingin menyampaikan kepada para sahabat termasuk orang-orang awam seperti saya ini untuk selalu berhati-hatilah kita melangkah menuju jalan yang di ridhoi Alloh, selalu berpegang kepada AL’QURAN dan HADIST.

Wassallammuallaikum wr.wb.
Dari seseorang Hamba alloh.


****************************************************************

Sebelum saya memberikan penjelasan, ada komentar dari seseorang yang tidak kenal di website tersebut yang cukup menjelaskan. Jadi nanti di bawah, saya tinggal menambahkan.


****************************************************************
Dari siriusjack

Cerita yang disampaikan di atas mungkin ada benarnya, tp mungkin juga ada yang perlu diluruskan.

Menurut pengetahuan saya, di LDII ada nasehat yang melarang seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, untuk saling menyerahkan barang secara langsung (Jawa: lung-lungan), dilarang menggendong anak yang ibunya bukan muhrimnya, laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dilarang SMS-SMSan, dilarang telpon-telponan, dilarang surat-suratan, dilarang berduaan, laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dilarang berboncengan, dengan dasar dalil "JANGANLAH KAMU MENDEKATI ZINA" (dalil ini populer dan dikenal banyak Muslim tanpa saya sertakan sumbernya insyaAlloh semua Muslim sudah mengerti).

Apalagi berpacaran......

Sedang yang dilakukan `si N` jelas bertentangan dengan dalil dan nasehat diatas. Memang tidak ada dalil yang menyatakan larangan dari semua nasehat di atas (larangan SMS-SMSan, telpon-telponan, surat-suratan). Larangan itu dibuat --menurut saya--- agar kita JANGAN SAMPAI DEKAT DENGAN ZINA. Sementara `si N` jelas-jelas melanggar atas dalil yang jelas-jelas dia ketahui.

Hal ini menandakan bahwa `si N` bukanlah orang yang kuat kefahamannya. Jika benar apa yang dikatakan `si N` seperti yang ditulis di atas, saya ragu jika dia menyampaikan keadaan yang sebenarnya di LDII.

Karena yang saya tahu di LDII --saya hanya simpatisan yang sering mengikuti pengajiannya-- sangat memegang teguh peraturan Al Qur'an dan Al Hadist tanpa mengabaikan Budi Luhur dan Toleransi terhadap sesama.

Jika ada Muslim yang mau sharing atau menimba ilmu di Masjid-Masjid atau Pesantren LDII, jangan takut-takut, Anda akan disambut dengan baik, InsyaAlloh. Karena yang saya tahu --lagi-lagi-- tidak ada lembaga di Indonesia yang memberikan tuntunan ilmu Al Qur'an dan Al Hadist seluas ini. Dan semuanya FREE tanpa harus memberikan upah ke ustadz-nya.

Apa yang saya tulis ini mungkin hanyalah justifikasi dari pribadi saya. Mohon maaf jika ada yang salah dan kurang berkenan atas tulisan saya ini.

****************************************************************

OK, sekarang penjelasan tambahan dari saya, sekaligus memperbaiki beberapa kesalahan penulisan dari siriusjack (saya persingkat jadi Jack saja).

1. Pertama saya ingin memperbaiki tulisan 'muhrim' pada tulisan Jack. Mungkin maksudnya adalah mahrom. Dalam bahasa Arab, muhrim artinya adalah orang yang berpakaian Ihrom, sedangkan mahrom artinya adalah orang yang harom/dilarang. Maksudnya adalah harom untuk dinikahi. Maksudnya mahrom adalah yang sesama jenis kelamin (laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan), orang tua kandung, anak kandung, saudara kandung, saudara sesusuan, dan lain-lain seperti tercantum pada Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 23:

Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isteri kamu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu menikahinya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2. Dengan dasar dalil "Wa laa taqrobul zinna" (dan janganlah mendekati zina), "Sesungguhnya jika kulit kepala ditusuk dengan besi panas masih lebih baik daripada menyentuh wanita (lawan jenis) yang bukan mahromnya, dan dalil-dalil sejenis, maka warga LDII diberikan himbauan dari para pengurus LDII sebagai berikut:
a) Jangan menyerahkan barang secara langsung (lung-lungan). Siapa tau dengan sering seperti itu, tidak sengaja tersentuh, akhirnya malah keterusan.
b) Jangan nyepi, yaitu hanya berduaan dengan yang bukan mahromnya. Hal ini berlaku, di tempat sepi maupun di tempat ramai. Karena "barang siapa yang berduaan, maka yang menigai adalah syetan".
c) Jangan telpon-telponan, sms-smsan, chatting-chattingan yang bukan mahromnya. Kecuali memang ada sesuatu hal yang perlu untuk dibicarakan. Alasannya seperti nomor b.
d) Bagi laki-laki, jangan menggendong anak/bayi, di mana si ibu bukan mahrom si laki-laki. Ditakutkan, bisa timbul perasaan cinta antara keduanya.
Jadi, bagi penulis, yang merasa berpacaran dengan N, saya tidak yakin apakah si N ini adalah warga LDII atau bukan. Jika ya, perlu diingat bahwa ini adalah perkara individual si N, tidak berarti semua orang LDII seperti itu. Zaman Nabi saja ada orang-orang munafik yang hanya ikut-ikutan pura-pura Islam, apalagi zaman sekarang?

3. Menanggapi kalimat dari si N: "Islam yang sebenar-benarnya diterima oleh Alloh adalah Islamnya LDII. Islammu adalah salah. Kita memang sama-sama berdoa kepada Alloh, tapi yang membuat Islammu tidak diterima adalah karena berpatok dengan Muhammad. Muhammad sudah sangat sangat lama meninggal, kenapa kamu masih menjadikannya panutan?"

Entah penulis ini berbohong atau bagaimana, namun LDII tidak pernah mengajarkan bahwa agama Islam yang benar adalah agamanya LDII. Apalagi dikatakan bahwa LDII tidak lagi berpatokan pada Nabi Muhammad. Di LDII diajarkan bahwa agama yang benar adalah agama yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits, bukan LDII yang benar.

Al-Qur'an dari Alloh, dan Al-Hadits adalah dari Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam. Dan LDII mengajarkan keduanya, bahkan penyampaian ilmu di LDII dilakukan secara ilmu tafsir, kata demi kata, baik Al-Qur'an maupun Al-Hadits. Guru membaca tafsir yang ada di Qur'an atau Hadits, sedangkan murid mendengarkan tafsir tersebut dan menuliskan arti serta keterangan di Qur'an atau Hadits. Sama-sama sedang memegang Qur'an yang sama atau Hadits yang sama. Misalnya guru membuka Hadits Bukhori, maka murid juga membuka hadits bukhori. Ilmu di LDII sampai diturunkan seperti itu, benar-benar menjaga sanad dari Nabi, bagaimana mungkin LDII tidak menjadikan panutan pada Nabi Muhammad?

4. Sekali lagi, menanggapi perkataan si N (sekali lagi, jika si penulis tidak berboong) mengenai: "Coba kamu bayangkan, maukah seorang masyarakat mempunyai pemimpin yang sudah meninggal, rasanya tidak! Tentunya masyarakat tersebut harus memiliki seorang pemimpin yang masih hidup, disini kami menyebutnya imam, sebagai gantinya nabimu yang sudah lama wafat. ( sampai disini, si N kemudian melanjutkan mebicarakan harta kekayaaan imamnya, serta canggihnya fasilitas masjid mereka dll. )".

Sesuai penjelasan nomor 3, bahwa LDII sangat mengagungkan Nabi Muhammad, dan tidak ada pengganti yang lebih hebat dari Nabi Muhammad, termasuk adanya imam. LDII tidak memiliki imam yang di-baiat, seperti yang tertulis di website LDII: "Di LDII tidak ada istilah Amir atau Imam, melainkan yang ada adalah Ketua Umum dan istilah-istilah yang lazim di sebuah organisasi. Adapun istilah amir dan imam memang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga di LDII istilah-istilah itu tetap dikaji, tetapi dalam kerangka keilmuan saja." Hal ini menekankan juga bahwa tidak ada baiat di dalam LDII.

Adapun mengenai masjid-masjid di LDII yang banyak dan bagus-bagus, itu dikarenakan warga LDII banyak mengeluarkan pembelaan, infak, shodaqoh, sehingga bisa membuat masjid sendiri tanpa harus meminta dari pihak lain.

5. Mengenai bahwa warga LDII mengkafir-kafirkan orang muslim di luar LDII, jelas tidak benar. Karena siapapun tidak memiliki wewenang untuk menyatakan kekafiran seseorang, berdasarkan dalil: "Barang siapa yang menganggap kafir saudaranya, maka kekafiran akan berbalik kepada dirinya, jika saudaranya ternyata tidak kafir" (bisa dilihat di website LDII halaman http://www.ldii.or.id/content/view/120/35/lang,id/. Mengkafirkan saja tidak boleh, apalagi membunuh orang lain dan hanya menjawab salam. Bukankah jelas dalilnya bahwa "darahnya orang muslim yang satu harom bagi umat muslim yang lain"? dan "wajib hukumnya untuk menjawab salam?"

6. Mengenai tulisan penulis: "Tidak ada dakwah di dalam pengajiannya" dan pengakuan penulis kalau dia ditolak untuk bergabung dengan LDII, jelas sama sekali salah. Silakan berkunjung ke pengajian yang diselenggarakan oleh LDII, maka insya Alloh di setiap pengajian akan ada dakwah, atau yang umum disebut di LDII adalah 'nasihat', kecuali memang ada event khusus, sehingga jadwalnya tidak seperti biasanya. Pada umumnya, jadwal mengaji di LDII adalah membaca atau menkaji Al-Qur'an, kemudian diikuti mengkaji Hadits (bermacam-macam hadits, tergantung musyawaroh), yang terakhir adalah 'nasihat' atau 'dakwah'. Misalnya di Jakarta, pada umumnya pengajian di LDII dilakukan minimal 3x dalam seminggu. Bagi Anda yang ingin mengetahui, silakan bertanya kepada LDII tempat Anda ingin belajar. Sedangkan jamnya, biasanya pengajian di Jakata dimulai pada pukul 20:00 dan berakhir pada pukul 21:30-22:00, tergantung musyawaroh di daerah masing-masing. Oh iya, tentunya orang yang akan mengaji di LDII akan diterima dengan senang hati oleh para pengurus LDII, jadi jangan takut.

7. Mengenai ucapan N: "Apabila kamu telah direstui dan di bai’at oleh imam kami, kamu harus pindah dari rumah ini ( rumah ibu saya )". Asumsi mereka mengatakan apabila saya masih tinggal di rumah orang tua saya dan ketika itu posisi saya sudah di bai’at, ke-Islaman saya tidak akan afdol dengan alasan karena saya masih satu atap dengan orang kafir.

Hal ini jelas-jelas tidak sesuai dengan ajaran LDII. LDII tidak mengajarkan untuk mengkafirkan orang lain, apalagi orang tua sendiri. Kalaupun orang tua belum islam, maka sesuai dalil "Kuu anfusakum wa ahlikum naaro" (jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka), tugas anak-lah untuk meng-amar ma'ruf (mengajak pada kebaikan, dalam hal ini mengajak masuk Islam) kedua orang tuanya. Bahkan di LDII diadakan pengajian lansia (lanjut usia, untuk orang di atas umur 55 atau 60 tahun)dan pengajian cabe rawit (untuk anak-anak kecil), yang gunanya tentunya untuk menjaga keluarga agar keimanan mereka tetap terjaga.

8. Untuk tanggapan: "Muslim di luar LDII adalah najis ketika melakukan sholat di rumah seorang LDII", silahan lihat pada link berikut.

Isnad / Sanad

Pertama kali saya berpikir untuk membuat blog ini adalah ketika melihat suatu halaman web yang membahas mengenai kesesatan LDII, yang TERNYATA kalau saya lihat justru dia memperkuat kebenaran LDII. Oleh karena itulah, saya memutuskan untuk membuat blog ini. Tujuannya, untuk melakukan klarifikasi terhadap tulisan-tulisan yang menekankan tentang kesesatan LDII. Cuplikan tulisan dari web tersebut saya masukkan di sini, kemudian di bawahnya komentar dari saya.

Cuplikan website yang mempertanyakan tentang sanad:

******************************************************
Bukti Kebohongan Nur Hasan Ubaidah Lubis, Imam Jama’ah LDII
10/01/2001 - Arsip Aliran Pemikiran
Berikut ini adalah bukti kebohongan Imam LDII, dalam memanipulasi hadits Nabi yang mengatakan dirinya manqul kepada Rasulullah SAW.
Dalam Kitabus-Shalah (kitab tentang Shalat), hlm. 124-125 yang disusun oleh pemimpin kelompok Islam Jama’ah /Lemkari/LDII (Tidak diperjualbelikan khusus untuk intern warga LDII), Nur Hasan (Madigol) mengutip sebuah hadits dalam kitab Sunan At-Tirmidzi.
Dia mengatakan bahwa dirinya manqul dari Nabi Muhammad SAW. Adapun hadits tersebut berbunyi, yang artinya, “Telah menceritakan kepada kami, ‘Ubaidah bin Abdil Aziz (Nur Hasan Ubaidah Lubis, Pen), telah menceritakan kepada kami, Syaikh Umar Hamdan Al-Madani Al-Makki, dari sayyid Ali Adh-Dhahir Al-Witri Al-Madani, dari Syaikh Abdil Ghani Al-Majaddidi, dari ayahnya Abi said, dari Abdil Aziz Ad-Dihlawi As-Syah Waliyillah Ad-Dihlawi, dari Syaikh Abi Thahir Al-Kurani, dari ayahnya Syaikh Ibrahim Al-Kurani, dari Syaikh Al-Mijahi, dari Syaikh Ahmad As-Subki, dari Syaikh Najmuddin Al-Ghaithi dari Zaini Zakaria dari Al-Iz bin Abdirrahim bin Furaat, dari Syaikh Umar bin Al-Hasan Al-Maraghi, dari Al-Fahr bin Ali bin Ahmad bin Abdil Wahid, dari Syaikh Umar bin Thobarzad Al-Baghdadi telah berkata, telah menceritakan kepada kami Syaikh Abul Fatah Abdul Malik bin abdil Qosim Al-Harawi Al-Karruhi telah berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Qadli Al-Zahid Abu Amir Mahmud bin Qasim, dan telah menceritakan kepadaku Syaikh bin Nashr Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali At-Tiryaqi dan Syaikh Abu Bakar Ahmad bin Abdi As-Shamad Al-Ghurazi mereka telah berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad Abdul Jabbar bin Muhammad bin Al-Jarrah Al-Jarrahi telah berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Abdul Abas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub telah berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah At-Tirmidzi,

telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Ya’kub Al-Jauzajaani, telah menceritakan kepadaku Shafwan bin sholih, telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada kami Syuaib bin Abi Hamzah dari Abi Zinad dari Al-’Araz dari abi Hurairah, telah berkata, telah berkata Rasulullah SAW, “Sesungguhnya bagi Allah SWT itu mempunyai sembilan puluh sembilan nama, barang siapa yang menghitungnya pasti dia masuk sorga, Dia Allah yang tidak ada tuhan selain Dia Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-Qudus, As-Salam, Al-Mukmin, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khaliq, al-Baari, Al-Mushawwir, Al-Ghaffar, Al-Qahar, Al-Wahab, Ar-Razzaq, Al-Fattah, Al-’Alim, Al-Qabidl, Al-Basit, Al-Khafidl, Ar-Rafi, Al-Muiz, Al-Mudzil, As-Sami, Al-Bashir, Al-Hakam, Al-’Adl, Al-Latif, Al-Khabir, Al-Halim, Al-’Adlim, Al-Ghofur, Asy-Syakur, Al-’Ali, Al-Kabir, Al-Hafid, al-Muqit, Al-Hasib, Al-Jalil, Al-Karim, Ar-raqib, Al-mijib, Al-Waasi, Al-Hakim, Al-Wadud, Al-Majid, Al-Baits, As-Syahid, Al-Haq, Al-Wakil, Al-Qawi, Al-Matin, Al-Wali, Al-Hamid, Al-Muhshi, Al-Mubdi, Al-Muid, Al-Muhyi, Al-Mumit, Al-Hayyu, AlQayum, Al-Wajidu, Al-Majidu, Al-Wahidu, Ash-Shamadu, Al-Qadiru, Al-Muktadir, Al-Muqadim, Al-Mu’akhir, Al-Awwal, Al-Akhir, Adh-Dhahir, Al-Bathin, Al-Wali, Al-Muta’ali, Al-Barru, At-Tawwab, Al-Muntaqimu, Al-’Afuwwu, Ar-Raufu, Maalikul Mulki, Dzul Zalali wal Ikram, Al-Muqsit, Al-Jaami, Al-Ghani, Al-Mughni, Al-Maani, Adl-Dlaru, An-Nafi’, An-Nur, Al-Hadi, Al-Badi’, Al-Baqi, Al-Waritsu, Ar-Rasyid, Ash-Shobur.”

Hadits tersebut aslinya dalam kitab Sunan At-Tirmidzi, juz 5, hal.192, hadits no. 3574, penerbit: Perpustakaan As-Salafiyah Madinah Al-Munawwarah. Hadits tersebut,(silakan Saudara kaum Msulimin sekalian cek dengan sumber yang aslinya yang dapat dipercaya) sanad aslinya adalah sbb:
Imam At-Tirmidzi menerima dari Ibrahim bin Yaqub Al-Jaujaani, Ibrahim menerima dari Shofwan bin Sholih, Shofwan menerima dari Al-Walid bin Muslim, Al-Walid menerima dari Syaib bin Hamzah, Syaib menerima dari Abi Zinad, Abi Zinad dari Al-Araz, Al-Araz dari Abi Hurairah, Abu Hurairah dari Nabi SAW. Inilah sanad hadits tersebut dalam kitab asli Imam At-Tirmidzi. Sama sekali tidak tercantum nama Nurhasan Ubaidah Lubis (yang dalam kitab-kitab pegangan LDII, tercantum dengan nama Ubaidah bin Abdul Azis, untuk meyakinkan anggotanya yang tidak memahami).
Dengan demikian, jelaslah bahwa Nur Hasan telah menambah sanad hadits tersebut dan mencantumkan nama Nur Hasan Ubaidah padanya.
Tambahan nama Nur Hasan bin Abd. Azis (Nur Hasan Ubaidah Lubis) di awal sanad tersebut adalah pemalsuan yang dilakukan oleh Nur Hasan dan tokoh pendukungnya. Begitu juga nama orang-orang yang ditambahkan Nur Hasan setelah namanya tersebut sampai Imam At-Tirmidzi tidak ada dalam Kitab Imam At-Tirmidzi yang asli. Yang ada hanya nama Imam At-Tirmidzi sampai dengan Rasulullah SAW.

Sumber: Diadaptasi dari Bukti Kebohongan Imam Jama’ah LDIILPPI, Nur Hasan Ubaidah Lubis, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam

******************************************************

Komentar dari saya:

JUSTRU seharusnya sanad dituliskan seperti itu, sehingga bisa diketahui siapa belajar dari siapa. Sayangnya, di LDII juga sebagian besar hadits tidak dituliskan seperti itu. Hal ini dikarenakan adanya suatu musibah. Tas yang berisi kertas-kertas yang berisi tulisan riwayat sanad yang dari Bp. Nurhasan yang diteruskan sampai ke Nabi hilang saat Bp. Nurhasan naik becak. Naik becak? Ya, ironis memang, namun begitulah keadaannya :(. Becak itu sudah dicari ke sana kemari, namun tidak diketemukan juga. Untunglah tidak semua riwayat sanad ada di kertas itu. Salah satunya, sanad asmaul husna tetap bisa ditemukan di Kitabus Sholah.

Sedikit saya jelaskan di sini. Hadits-hadits besar merupakan kumpulan hadits (cerita) yang pada umumnya sampai ke Nabi. Tirmidzi merupakan salah satu orang yang mengumpulkan hadits-hadits dan mengutamakan SANAD. Kalau tidak ada sanad, maka orang tidak akan tahu shohih atau tidaknya hadits tersebut. Bagaimana kalau orang Indonesia menemui tulisan arab, lalu menyangka itu suatu hadits dari Nabi? Wah, berabe dong. Apalagi jika isi dari tulisan itu ternyata berkebalikan dengan suruhan Alloh dan Nabi-Nya.

Bayangkan, Tirmidzi saja yang kekuatan hapalannya sangat kuat dan hidup di sekitar zaman 200-300 tahun setelah Nabi wafat saja memerlukan sanad yang sampai ke Nabi, lha kok kita yang hidup di sekitar 1400 tahun setelah Nabi wafat tidak memerlukan sanad, bahkan membantah sanad? Coba, apa tidak kebalik?

Coba dilihat lagi urutan isnad di atas. Dikatakan bahwa dari hadits Tirmidzi tertulis seperti ini:

Imam At-Tirmidzi menerima dari Ibrahim bin Yaqub Al-Jaujaani, Ibrahim menerima dari Shofwan bin Sholih, Shofwan menerima dari Al-Walid bin Muslim, Al-Walid menerima dari Syaib bin Hamzah, Syaib menerima dari Abi Zinad, Abi Zinad dari Al-Araz, Al-Araz dari Abi Hurairah, Abu Hurairah dari Nabi SAW. Inilah sanad hadits tersebut dalam kitab asli Imam At-Tirmidzi.

Sedangkan sebagian di K. sholah juga ada baris berikut:

telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Ya’kub Al-Jauzajaani, telah menceritakan kepadaku Shafwan bin sholih, telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada kami Syuaib bin Abi Hamzah dari Abi Zinad dari Al-’Araz dari abi Hurairah, telah berkata, telah berkata Rasulullah SAW


Perhatikan bahwa dari situ terlihat bahwa sanadnya PERSIS SAMA. Dari Tirmidzi insya Alloh diajarkan ke anaknya, yaitu Isa, lalu dari Isa diajarkan lagi ke anaknya, yaitu Abu Isa Muhammad. Lalu dari Abu Isa Muhammad diajarkan lagi ke bawah-bawahanya lagi. Benar kan? Justru deretan panjang itu menandakan urutan isnad dari Bapak Nurhasan, ke Tirmidzi, dan ke Nabi. Kalau misalnya dulu Abu Huroiroh mengumpulkan hadits-hadits dari Nabi dibuat dalam suatu buku, lalu Tirmidzi belajar dari murid-muridnya Abu Huroiroh, dan mengumpulkan dalam satu buku (seperti yang dilakukan oleh LDII saat ini), berarti apa Tirmidzi itu SALAH? Tentunya sewaktu Tirmidzi hidup, Abu Huroiroh sudah meninggal, karena zaman mereka berbeda sekitar 200 tahun. Apalagi Bapak Nurhasan yang hidup sekitar 1300 tahun setelah Nabi wafat? Di hadits ini Bapak Nurhasan menuliskan sanad yang dia dapat dari guru-gurunya, teruuuss..sampai ke Tirmidzi, teruus sampai ke Nabi. JUSTRU ini menandakan bahwa SANAD Bapak Nurhasan yang dari Nabi tersebut benar adanya.

Sekali lagi,. terima kasih banyak atas adanya website tersebut, yang telah mengingatkan saya lagi, akan kebenaran Qur'an Hadits yang saya tetapi ini. LDII bukanlah jalan satu-satunya untuk masuk surga. Jalan satu-satunya untuk masuk surga selamat dari neraka adalah mempelajari dan menetapi Qur'an Hadits. Sayangnya, sampai saat ini saya baru menemukan LDII sebagai satu-satunya wadah yang masih mempertahankan kemurnian penyampaian Qur'an Hadits secara turun temurun seperti contoh yang diberitakan pada website di atas.